Performa Manchester United musim ini cukup buruk dan banyak orang tahu soal itu. Masalahnya, kekalahan 0-1 di kandang sendiri dari Arsenal malam tadi, Minggu (12/5), makin memperburuk keadaan.
Gol tunggal winger Arsenal, Leandro Trossard (menit 21’) gagal dibalas oleh pasukan Setan Merah. Padahal, jika berkaca pada data statistik, United sebenarnya masih bisa mengimbangi permainan The Gunners.
Rasmus Hojlund dkk. tak hanya unggul persentase penguasaan bola (54% berbanding 46%), tapi juga melepaskan tembakan lebih banyak (14 berbanding 11).
Hanya memang, soal jumlah peluang dari tembakan on-target, United masih kalah (2 berbanding 5). Itulah mengapa United gagal mencetak gol. Keunggulan 0-1 Arsenal pun bertahan hingga akhir laga.
View this post on Instagram
Kekalahan ini jelas bukan sesuatu yang diinginkan publik Old Trafford. Apalagi, United juga baru dibantai 0-4 dari Crystal Palace di pekan sebelumnya.
Dua kekalahan beruntun tersebut makin mempersempit peluang Erik ten Hag dan pasukannya untuk bisa mendapatkan satu-satunya target yang masih bisa mereka kejar: Tiket ke Europa Conference League.
United (54 poin/peringkat 8) tertinggal tiga poin dari Newcastle (peringkat 6) dan Chelsea (peringkat 7) dan yang sama-sama sudah mengoleksi 57 poin.
Selain itu, kekalahan dari Arsenal juga membuat rapor merah United musim ini makin kebakaran. Dilansir Opta, kekalahan malam tadi menjadi kekalahan kesembilan United di kandang musim ini (semua ajang). Catatan tersebut sudah menyamai jumlah kekalahan kandang terbanyak United dalam satu musim sepanjang sejarah (juga menderita sembilan kekalahan di musim 1920/21, 1930/31, 1933/34, 1962/63), dan 1973/74).
Situs penyedia data statistik lainnya, Squawka, juga menegaskan performa buruk United di sepanjang musim ini (semua ajang). Berdasarkan data yang mereka rilis tak lama setelah United takluk dari Arsenal, Setan Merah sudah mencatatkan jumlah kebobolan terbanyak dalam 53 tahun terakhir, serta menelan jumlah kekalahan terbanyak dalam 46 tahun terakhir!
Jadi, wajar jika ten Hag menjadi sorotan. Jika tetap gagal bangkit dan meraih hasil maksimal di dua laga tersisa, setidaknya ada dua hal penting lain yang berpotensi tercoreng, yakni finis di peringkat terburuk sepanjang sejarah dan finis dengan raihan poin akhir terburuk sepanjang sejarah.
Sebelumnya, peringkat finis terburuk United adalah peringkat tujuh di musim 2013/14. Kala itu, United memang tengah dalam masa peralihan usai berakhirnya era Sir Alex Ferguson (digantkan David Moyes).
Sedangkan raihan poin akhir terburuk United adalah kala cuma meraih 58 poin di pengujung musim 2021/22. Torehan itulah yang melengserkan Ralf Rangnick dan digantikan ten Hag. Namun ternyata, ten Hag kini malah membawa United menghadapi masalah yang serupa.
Masalahnya, pelatih asal Belanda itu kerap berdalih bahwa dirinya sudah membawa United ke jalan yang benar. Bukan sekali-dua kali ten Hag tetap berkomentar positif meski United meraih hasil-hasil buruk. Contohnya kembali tersaji dalam sesi wawancara usai laga malam tadi.
“Mungkin lawan Palace (tampil buruk). Tapi pemain juga manusia. Sekali dalam tiga bulan, Anda mungkin tidak bermain bagus. Hari ini, kami menjawab itu semua dan tampil dengan semangat luar biasa. Saya sudah cukup puas dan apresiasi sebesar-sebesarnya untuk penampilan tim secara keseluruhan,” ujar ten Hag dilansir Sky Sports.
“Kami punya masalah cedera dan itu menghadirkan hasil buruk. Jika Anda punya semua pemain yang siap tampil, Anda akan bisa mendapatkan poin. Badai cedera, khusus di lini belakang, membuat kami kebobolan banyak gol. Tapi lihat musim lalu, kami hampir mencatatkan clean-sheets terbanyak,” lanjutnya.
Selain itu, ten Hag bahkan masih pede bahwa para penggemar United bakal terus mendukungnya, bahkan hingga musim depan.
“Para fan memahami di mana kami berada dan di mana klub ini berada. Kami memiliki begitu banyak pemain yang cedera di area-area sentral. Para penggemar tidak mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan, tetapi mereka memahami hal ini dan itulah mengapa mereka berada di belakang kami. Saya pikir itulah mengapa mereka bersama kami, kami bersatu. Semoga kami dapat membayar mereka kembali di masa depan.” ujar ten Hag.