Inggris tak cuma meraih tiket ke semifinal Euro 2024 usai mengempaskan Swiss pada Sabtu (6/7). Mereka bisa melewati sebuah momok besar yang kerap menggagalkan niat menjadi kampiun turnamen besar.
Partai delapan besar di Merkur Spiel-Arena, Dusseldorf, berakhir dengan skor 1-1 hingga 120 menit permainan. Ronde tostosan menjadi penentu, dan Inggris tampil berbeda. Apa lagi yang menjadi tanda The Three Lions siap menjadi kampiun kali ini?
Percaya Diri Adu Penalti
Adu penalti sering mengganjal langkah Inggris di turnamen mayor. Eksekusi Stuart Pearce tertahan dan Chris Waddle sepakan melayang di atas mistar di semifinal Piala Dunia 1990 melawan Jerman Barat.
Bos Tiga Singa, Gareth Southgate, pernah dihujani kecaman pedas setelah gagal mengalgojoi penalti di semifinal Euro 1996 di kandang saat menghadapi Jerman. Hal serupa juga dialami Bukayo Saka usai gagal di final Euro 2020.
Dengan serangkaian kegagalan itu, pendukung Inggris layak cemas ketika pemenang laga perempat final mesti ditentukan dengan adu penalti. Namun, Inggris kini tampil berbeda.
Dibuka Cole Palmer, Three Lions tampak percaya diri. Jordan Pickford ikut pede sehingga bisa menahan tendangan algojo pertama Swiss, Manuel Akanji. Aksi itu menjadi krusial. Algojo-algojo Inggris berikutnya, Jude Bellingham, Saka, Ivan Toney, dan Trent Alexander-Arnold, sukses menjebol gawang Yann Sommer. Tebakan kiper Bayern Munich itu hanya sekali yang benar.
Khusus buat Saka, Southgate melontarkan pujian. “Ia begitu berani. Ia merupakan salah satu pemain terbaik jadi kami tidak pernah ragu ia akan menjadi salah satu penendang,” puji sang bos dikutip Reuters.
View this post on Instagram
Cadangan Penting
Palmer, Toney, dan Alexander-Arnold tampil sebagai pemain pengganti. Untuk laga di Dusseldorf ini, Toney dan terutama TAA boleh jadi dipersiapkan sebagai pengambil penalti.
Palmer, Luke Shaw, dan Eberechi Eze masuk pada menit ke-78. Dua menit berselang, hadir gol balasan Inggris.
Tak kurang penampilan cadangan beserta efeknya pada permainan menggambarkan kedalaman skuad Tiga Singa. Di laga sebelumnya, kontra Slovakia di 16 besar, Toney memberikan assist untuk gol kemenangan yang dicetak Harry Kane.
Reaksi Cepat
Tiga pergantian segera dilakukan Southgate setelah Swiss unggul pada menit ke-75. Walau dikawal Kyle Walker, Breel Embolo dapat menjatuhkan diri untuk menyodok masuk umpan Dan Ndoye yang sempat mengenai John Stones.
Reaksi cepat terbukti bepengaruh terhadap serangan Inggris. Bukayo Saka mencetak gol pertamanya di turnamen ini pada menit ke-80. Usai menerima operan Declan Rice di sayap kanan, penyerang Arsenal ini melepaskan tembakan melengkung. Bola sempat membentur tiang jauh sebelum menggetarkan jala gawang Swiss.
Pragmatis Membosankan
Sebuah pemandangan yang berbeda dari Inggris dibandingkan partisipasi-partisipasi sebelumnya adalah kecenderungan bertahan. Tampilan yang kerap dinilai membosankan ini berlanjut di perempat final.
Inggris mencatat penguasaan bola hanya sebesar 51%. Tiga Singa bisa membuat 13 percobaan selama 120 menit, tapi hanya tiga yang mengarah ke gawang. Di babak pertama, tidak ada shot on goal dari Phil Foden cs. Harapan gol Inggris hanya 0,84, sementara Swiss sebesar 1,31. Dari total 12 tembakan, Granit Xhaka cs. juga menghasilkan tiga shot on goal.
Yang penting hasil akhir, bukan? Pragmatisme ini bisa jadi mengantar Inggris ke gelar.