Argentina meneruskan kiprah gemilang mereka dengan meraih Copa America 2024. Di final pada Minggu (14/7) di Hard Rock Stadium, Miami, Albiceleste menamatkan perlawanan keras Kolombia.
Sepak mula gelaran puncak ini tertunda selama kurang lebih dua jam karena masalah pertiketan di luar stadion. Begitu dimulai, duel ketat terjadi, dengan tim terbaik di laga mesti menerima kenyataan pahit.
Kolombia Nahas di Babak Pembuka
Sejak wasit asal Brasil, Raphael Claus, meniupkan tanda dimulainya partai pamungkas USA 2024, laga berlangsung dengan tempo tinggi. Hasrat pertarungan cepat dan keras ala Amerika Latin segera terhampar.
Di babak pertama, Kolombia bisa mencatatkan kelebihan tipis dalam penguasaan bola, yakni sebesar 52%. Los Cafeteros unggul pula dalam jumlah percobaan, yaitu 7 kali dengan 6 yang mengancam gawang lawan. Jhon Cordoba patut merasa gusar karena tembakannya hanya menerpa tiang gawang Argentina.
Emiliano Martinez menjadi kiper paling sibuk. Kiper Aston Villa itu membuat setengah lusin penyelamatan termasuk saat menepis tembakan apik jarak jauh Jefferson Lerma.
Di paruh pembuka, Argentina cuma melepaskan 3 tembakan tanpa sebiji pun yang menjadi shot on goal. Di antara percobaan itu yang terbaik adalah tembakan Julian Alvarez yang melebar di awal laga. Tembakan kapten Lionel Messi di pengujung babak pertama tepat mengarah ke kiper Camilo Vargas.
Air Mata Messi
Kolombia racikan pelatih asal Argentina, Nestor Lorenzo, tetap tancap gas di babak kedua. Dua menit setelah start ulang, usaha Santiago Arias tipis melebar.
Kepercayaan diri Cafeteros tambah tinggi setelah Argentina mesti kehilangan Messi di menit ke-35. Sang kapten mengalami cedera engkel setelah tersandung permukaan lapangan Hard Rock Stadium. Di bangku cadangan, sang legenda hidup tak kuasa menahan kekesalannya dengan uraian air mata.
Namun, tanpa sang pemimpin, La Seleccion dapat menjaga harapan sampai waktu normal berakhir dan babak pertama perpanjangan waktu. Penggantinya, Nicolas Gonzalez, mendapat beberapa peluang, tapi masih gagal memberikan pengaruh.
Kemampuan Argentina untuk tetap berkibar tanpa Messi boleh jadi terasa positif untuk masa depan. Namun, efek di final ini menjadi krusial buat kepercayaan diri tersebut.
“Leo merupakan pemain terbesar sepanjang sejarah. Ia tidak pernah ingin meninggalkan lapangan. Engkelnya bengkak, tapi ia ingin tetap bermain. Saya lebih suka para pemain melihatnya. Usianya sudah kepala 3, tapi ia ingin terus berkontribusi,” ucap Scaloni usai laga dikutip ESPN.
Lautaro: Top-Scorer dan Pahlawan
Meski dipercaya akan siap menghadapi adu penalti dengan keberadaan Emi Martinez di bawah mistar, Argentina memutuskan untuk menghindari adu tostosan itu. Setelah tekel Lisandro Martinez due menit sebelumnya, momen menentukan itu hadir pada menit ke-112.
Lautaro Martinez, yang baru masuk pada menit ke-96, bertukar operan dengan Rodrigo De Paul yang kemudian berlanjut ke Giovani Lo Celso. Gelandang Tottenham itu menyodorkan assist bola daerah yang disantap Lautaro dengan penyelesaian akhir mantap melewati kiper Vargas.
Gol ini merupakan gol kelima Lautaro Martinez di USA 2024. Koleksi itu menempatkannya sebagai pemain tersubur di perhelatan kali ini dengan catatan pemain Inter Milan ini hanya dua kali tampil sebagai starter di Copa America edisi ini.
“Ia selalu merupakan nomor 9 saya. Ia tidak tampil sejak awal di final, tapi memperlihatkan diri sebagai pencetak gol sejati. Ia mungkin tidak senang karena tidak menjadi starter, tapi ia masuk dan melakukan hal terbaik. Kami patut menghargainya,” kata Scaloni tentang Lautaro.
Lewati Uruguay
Argentina masih menghadapi beberapa ancaman dari Kolombia di pengujung duel. Namun, gawang Emi Martinez selamat dari kebobolan yang menjadi yang kelima dari enam laga di Copa America 2024 ini. Sang kiper pun menerima Golden Glove untuk torehan tangguh tersebut.
Gelar ini merupakan yang ketiga beruntun diraih La Seleccion, julukan lain Argentina. Gelar pertama pasukan besutan Lionel Scaloni adalah Copa America 2021, diikuti kejayaan di Piala Dunia 2022.
Albiceleste juga Resmi menjadi penguasa Copa America. Gelar di USA 2024 menjadi yang ke-16 milik Argentina, melewati koleksi Uruguay.
“Tim ini terus mengejutkan semua orang. Tim ini melampaui setiap kesulitan selama laga menghadapi lawan berat. Saya rasa kami meningkat di babak kedua dan layak menang,” tutur Scaloni.
View this post on Instagram
Kompetisi Terakhir ADM
Partai berujung gelar lagi ini menjadi perpisahan manis buat Angel Di Maria. Secara mengesankan, pemain berusia 36 tahun itu tampil selama hampir 2 jam. Di Maria baru keluar pada menit ke-117 digantikan pemain gaek lainnya, Nicolas Otamendi.
“Angel melewati banyak pertandingan luar biasa bersama kami, tapi laga hari ini merupakan salah satu yang terbaik baginya. Saat semua pemain mulai merasa lelah, ia berlari seperti saat berusia 25 tahun. Ia merupakan seorang legenda, dan ia akan meninggalkank kami,” puji Scaloni.
Sang pelatih mengisyaratkan akan menggelar partai perpisahan buat Di Maria di kandang. “Saya rasa ia layak mendapatkannya. Seperti di film-film,” lanjut sang pelatih.
“Hiburan” Cafeteros
Kolombia bisa dikatakan tampil lebih baik di laga ini dari beberapa aspek. Namun, final sekali lagi menyimpulkan bahwa tidak semua tim yang lebih baik keluar sebagai pemenang. Los Cafeteros mengalami kekalahan pertama dari 29 pertandingan.
James Rodriguez tiga kali naik podium, sebuah untuk menerima penghargaan pribadi. Selain menjadi runner-up, Kolombia terpilih sebagai tim Fair Play. Anugerah pribadi buat James adalah Golden Ball. Sang gelandang serang didaulat menjadi Pemain Terbaik terutama berkat catatan enam assist plus sebuah gol yang mengantar Los Cafeteros ke final.
Rekaman Duel
ARGENTINA vs Kolombia 1-0
1-0 Lautaro Martinez 112′ [assist Lo Celso]
ARGENTINA (4-4-2): 23-E. Martinez; 4-Montiel (26-Molina 72′), 13-Romero, 25-Li. Martinez, 3-Tagliafico; 7-De Paul, 24-Fernandez (16-Lo Celso 97′), 20-Mac Allister; 11-Di Maria (19-Otamendi 117′); 10-Messi (15-N. Gonzalez 66′), 9-Alvarez (22-La. Martinez 96′).
KOLOMBIA (4-3-3): 12-Vargas; 4-S. Arias, 23-Sanchez, 2-Cuesta, 17-Mojica; 6-Rios (5-Castano 89′), 16-Lerma (15-Uribe 106′), 11-J. Arias (8-Carrascal 106′); 10-James Rodriguez (20-Quintero 91′), 24-Cordoba (19-Borre 89′), 7-Diaz (9-M. Borja 106′).
Statistik Laga
Penguasaan Bola: 45% – 55%
Harapan Gol: 1,41 – 1,22
Tembakan (ke Gawang): 12(5) – 19(9)
Tembakan Diblok: 2 – 4
Sepak Pojok: 4 – 7
Off-side: 2 – 1
Penyelamatan Kiper: 9 – 4
Pelanggaran: 8 – 18
Kartu Kuning: 2 – 2 [Mac Allister 61′, Lo Celso 118′; Cordoba 27′, Borja 115′]
Operan (Tepat): 494(410) – 637(548)
Serangan: 92 – 131
Sumber: Flashscore
View this post on Instagram