Manchester City belum bisa keluar dari periode buruk. Teranyar, mereka takluk 1-2 kala bertandang ke Aston Villa, Sabtu (21/12).
Villa mencetak gol pembuka lewat Jhon Duran saat laga baru berjalan 16 menit. Striker berusia 21 tahun asal Kolombia itu berarti sudah mengoleksi tujuh gol.
Menurut Squawka, torehan tersebut mengantarkan Durant sebagai pemain berusia di bawah 22 tahun terproduktif kedua di antara lima liga top Eropa. Ia cuma kalah dari bintang muda Bayern Munich, Jamal Musiala, yang sudah mengoleksi sembilan gol.
Selain ketinggalan lebih dulu, penampilan lembek City juga setidaknya tergambar dari data statistik ujung tombak mereka, Erling Haaland, khususnya di babak pertama.
Pasalnya, Haaland menjadi satu dari tiga pemain City yang tak pernah menyentuh bola di kotak penalti lawan. Dua pemain lainnya, John Stones dan Manuel Akanji, masih bisa dimaafkan lantaran keduanya merupakan pemain belakang. Tapi Haaland?
Selaku striker, sudah sejatinya ia beroperasi di kotak penalti lawan. Tanpa bola di kakinya, mustahil ia bisa mencetak gol.
Menurut Flashscore, City melepaskan enam tembakan di babak pertama dan satupun yang lahir dari kaki Haaland. Catatan serupa juga dibuat Villa yang akhirnya mampu melahirkan satu gol Durant.
Penampilan City lebih memble lagi usai turun minum. Kalau di babak pertama Haaland dkk. masih unggul persentase penguasaan bola (67% berbanding 33%), kondisinya justru berbalik di babak kedua (Villa 57% berbanding City 43%).
Gol kedua Villa yang dicetak Morgan Rogers (menit 65’) membuat kondisinya makin pelik buat skuat Manchester Biru. Berhubung Rogers juga menjadi pemberi assist untuk gol pembuka, ia mendapat nilai rating penampilan tertinggi versi Flashscore (8,2).
Yang bikin City tambah nyesek, Rogers pernah menimba pengalaman di City selama sekitar empat tahun (2019-2023). Namun, tak sekalipun ia pernah mendapat kesempatan tampil.
Tertinggal dua gol, Pep Guardiola mengganti dua gelandang tengahnya dengan winger, yakni Savinho menggantikan Ilkay Gundogan, serta Jeremy Doku menggantikan Mateo Kovacic. Namun, niat offensif itu cuma berujung dengan satu gol Phil Foden (90+3’).
Bagi Villa, kemenangan 2-1 ini melanjutkan kemenangan heroik serupa atas lawan yang sama di Villa Park musim lalu. Kala itu, The Lions menang 1-0 berkat gol tunggal Leon Bailey.
Menurut Squawka, ini juga merupakan kali pertama Villa mampu meraih kemenangan back-to-back di kandang atas tim juara bertahan.
Sedangkan bagi City, kekalahan ini memperburuk kondisi mereka. Guardiola dan pasukannya berarti sudah menelan sembilan kekalahan di 12 laga terakhir semua ajang.
Sebagai perbandingan, jumlah sembilan kekalahan itu sudah lebih banyak dari jumlah kekalahan yang mereka derita di 106 laga sebelumnya (cuma delapan kali kalah).
City kini juga sudah menelan tujuh kekalahan di delapan laga terakhir di kandang lawan. Mereka cuma bisa mencetak 11 gol, kebobolan 27 gol, dan sekali clean-sheets.
Data dari Opta menunjukkan bahwa tim-tim besar lainnya memang pernah menjalani periode buruk seperti City, khususnya soal catatan sembilan kali kalah di 12 laga. Namun, cuma Chelsea yang menjalani periode buruk serupa di era sepak bola modern (musim 2022/23). Selebihnya tidak demikian.
Tottenham Hotspur pernah merasakan hal serupa di musim 1997/98, Arsenal di musim 1976/77, Manchester United di 1961/62 dan Liverpool di musim 1953/54.
View this post on Instagram