Paris Saint-Germain atau PSG menyingkirkan Liverpool di 16 besar Liga Champion melalui adu penalti pada Selasa (11/3). Enggak terlalu sulit untuk mengatakan bahwa PSG layak lolos meski leg 2 digelar di Anfield.
Tersedia sejumlah bukti bahwa PSG memang lebih baik daripada Liverpool yang memuncaki klasemen fase liga.
Pahit Pekan Lalu.
Harvey Elliott menjadi pencetak gol tunggal di leg 1 di Parc des Princes. Gol di pengujung laga itu memberikan kepahitan buat PSG karena mereka tampil lebih agresif di sepanjang duel.
PSG menjadikan duel menarik di Anfield karena kembali bermain menyerang. Liverpool hampir menuai gol dari keputusan Les Parisiens itu, tapi kans Mohamed Salah di awal duel masih bisa disapu Nuno Mendes.
Kesalahan Belakang Lagi.
PSG akhirnya mampu membayar di bagian awal pertandingan. Kesalahan Ibrahima Konate memudahkan Ousmane Dembele menceploskan bola (12′). Pada akhir pekan lalu, The Reds sempat tertinggal di liga juga karena kesalahan pertahanan.
Agregat menjadi 1-1, yang artinya selanjutnya kedua kubu perlu mencetak gol lebih banyak. Alisson Becker menjadi kiper yang lebih sibuk, tapi kiper Gianluigi Donnarumma membuat dua penyelamatan penting, salah satunya atas sundulan Luis Diaz.
Agregat tetap imbang sampai 90 menit pertandingan. Begitu pula setelah melewati perpanjangan waktu.
Paris Jaya di Anfield.
Anfield kerap menjadi neraka buat pelawat. Namun, PSG memperlihatkan mampu menjaga mental mereka. Statistik duel membuktikannya. Indikasi awalnya, Si Biru-Merah membuat 54% penguasaan bola.
Yang lebih mencolok adalah jumlah tembakan ke gawang. PSG membuat 8 shot on goal (dari 21 percobaan), sementara Si Merah cuma 3 shot on goal dari 19 tembakan. Harapan gol PSG pun lebih tinggi, yakni 2,56, dibandingkan 1,64 dari Liverpool.
Adu Penalti Mantap.
Bukti terakhir layaknya PSG melangkah ke 8 besar tak pelak terlihat saat adu penalti. Empat algojo Les Parisien bisa menjalankan tugasnya dengan baik, ditutup dengan eksekusi Desire Doue yang menentukan.
Liverpool yang biasanya mantap saat tostosan kali ini mesti mengakui kesiapan lawan. Setelah Salah menjalankan tugasnya sebagai penendang pertama, Darwin Nunez dan Curtis Jones gagal digagalkan Gianluigi Donnarumma.
View this post on Instagram
Gigi Mencuat di Saat yang Tepat.
Di leg 1, Donnarumma terhenyak karena satu-satunya shot on goal Liverpool, dan baru muncul di akhir laga, menjadi gol. Alisson menjadi pemain terbaik dengan 7 penyelamatan minggu lalu.
Pemandangan yang mirip terlihat lagi di Anfield. Alisson lebih sibuk daripada Donnarumma. Ketika adu penalti, eks kiper Milan itu menjadi pahlawan kelolosan PSG.
Slot: Hoki Habis.
Usai leg 1, Arne Slot menyatakan Liverpool beruntung bahkan kalau hasilnya imbang bila melihat dominasi PSG. Hoki itu menurutnya tak muncul lagi.
“Pertandingan terbaik yang pernah saya alami langsung. Performa luar biasa terutama kalau dibandingkan dengan minggu lalu. Kami membuat peluang tapi lalu tertinggal. Keberuntungan kami habis setelah pekan lalu,” ucap Slot dikutip Reuters.
PSG Tunjukkan Karakter.
Selain akhirnya bisa mencetak gol dan lolos lewat adiu penalti, PSG bisa dikatakan lebih baik dari dua laga. Les Parisiens juga terlihat lebih siap. Luis Enrique mengutarakan bahwa Liverpool lebih baik, tapi pada akhirnya sang pelatih menilai skuadnya memperlihatkan kelebihan.
“Kedua tim layak lolos ke ronde selanjutnya. Mereka tampil lebih baik di sini, tapi saya rasa tim saya di Anfield, stadion istimewa ini, menunjukkan kepribadian dan karakter kuat bahkan saat adu penalti. Saya rasa ini membuktikan tim macam apa kami,” ucap Enrique.
Kayaknya Villa.
PSG mencetak kemenangan pertama di Anfield. Rekor Liverpool tercoreng karenanya. Untuk pertama kalinya The Reds gagal melaju ke fase berikutnya setelah membukukan kemenangan di leg pertama.
Di perempat final, PSG menanti pemenang antara Aston Villa dan Club Brugge. Villa berpeluang besar menantang PSG setelah menang 3-1 di Brugge.
View this post on Instagram