Harapan Indonesia untuk melanjutkan tradisi juara All England di sektor ganda putra akhirnya pupus. Wakil terakhir Indonesia di final All England 2025, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, harus mengakui keunggulan ganda Korea Selatan, Kim Won Ho/Seo Seung Jae, dua gim langsung, 19-21 dan 19-21, Minggu (16/3).
Kekalahan ini menghentikan tradisi juara dari sektor ganda putra di tiga perhelatan sebelumnya lewat perjuangan M. Shohibul Fikri/Bagas Maulana (2022), dan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto (2023 dan 2024).
Indonesia juga sempat menyabet gelar juara dalam tiga tahun beruntun lewat Marcus Gideon/Kevin Sanjaya (2017 dan 2018), serta Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (2019).
Yang mungkin membuat para pecinta bulutangkis di Tanah Air tambah gemas atas kekalahan ini adalah lantaran Leo/Bagas sudah lebih dulu “terpaksa” menyingkirkan wakil-wakil Merah-Putih lainnya dalam perjalanan ke final.
Mereka menyisihkan M. Shohibul Fikri/Daniel Marthin di babak 16 besar, serta Sabar Karyaman Gutama/M. Reza Pahlevi di semifinal.
*Gagal di poin-poin krusial
Hanya memang, performa Leo/Bagas di final berhasil diredam Kim/Seo yang sebenarnya juga tak kalah bagus di sepanjang turnamen.
Sebagai gambaran, mereka cuma kehilangan satu gim dalam perjalanan ke final, yakni kala mengalahkan wakil Tiongkok, He Ji Ting/Ren Xiang Yu/He di semifinal dengan skor 16-21, 21-13, 21-13.
Selebihnya Kim/Seo selalu menang straight-game, termasuk kala menyingkirkan ganda Malaysia yang tengah naik daun, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin di babak 16 besar.
Rangkaian hasil bagus itu mempertebal kepercayaan diri Kim/Seo dalam meladeni Leo/Bagas. Buktinya tercermin di gim pertama. Mereka langsung nge-gas hingga unggul jauh 7-1 dan 13-3.
Leo/Bagas lalu secara perlahan berhasil keluar dari tekanan lewat raihan enam poin beruntun di kedudukan 8-13 dan terus memangkas ketertinggalan di angka 17-19 dan 19-20.
Namun, di angka krusial tersebut, inisiatif Bagas untuk memotong sergapan bola drive Kim justru mati sendiri dan akhirnya kalah 19-21.
Belajar dari gim pertama, Leo/Bagas lantas tak mau lengah di awal gim kedua. Mereka sanggup menempel raihan poin Kim/Seo dengan selisih terjauh hanya tiga angka.
Hanya saja, lagi-lagi di poin krusial, Leo/Bagas gagal mengoptimalkanya. Sempat unggul 18-17 dan 19-18, keduanya malah membiarkan Kim/Seo mendulang tiga poin akhir secara beruntun.
“Memang pertandingan yang tak muda. Kami sudah berusaha, sempat tertinggal jauh di gim pertama tapi bisa mengejar dengan memperbaiki permainan dan memperkuat komunikasi,” ujar Leo di rilis PBSI.
“Kim/Seo bermain sangat bagus hari ini, sangat cepat dan rapat. Sergapan mereka membuat kami kewalahan,” lanjut Leo.
Pertahanan yang kuat memang menjadi salah satu kelebihan Kim/Seo. Beberapa kali serangan Indonesia berhasil mereka kembalikan. Kondisi ini membuat stamina Leo/Bagas cukup terkuras.
“Mereka juga sangat sulit dimatikan, beberapa kali bola tanggung mereka bisa mengembalikan walaupun dalam posisi yang sudah sulit,” ujar Bagas.
Namun, Leo/Bagas tak ingin berlama-lama meratapi kegagalan ini. Bagaimana pun juga, bisa melangkah hingga ke laga puncak All England tetaplah sebuah hasil yang positif.
“Kami mau langsung fokus ke Swiss Open. Kami pastinya tidak puas dengan hasil ini, kami mau lebih dan lebih lagi. Jangan down karena ini bukan hasil yang jelek,” timpal Leo.