Buat apa penguasaan bola tinggi tapi tidak menang? Keluhan itu layak keluar dari mulut pada pendukung Spanyol setelah satu dekade kena pehape timnasnya.
Tiki-taka mengesankan pada masa keemasannya. Berkat gaya ini, Spanyol bisa menjadi juara dunia pada 2010 dan dua Euro yang mengapitnya. Akan tetapi, gaya permainan operan itu terlihat tidak efektif lagi untuk menghasilkan kejayaan. Di Piala Dunia 2022 lalu, tiki-taka tampak sudah sangat dikenali lawan dan ketinggalan zaman.
Luis de la Fuente ditunjuk untuk menggantikan Luis Enrique. Tanda-tanda perubahan yang dibawa pelatih baru yang sebelumnya menangani Spanyol U-21 segera terlihat.
Bos baru terbilang membongkar tim yang hanya mengukir satu kemenangan di fase grup dan disingkirkan Maroko di perdelapan final Qatar 2022. Hasil serupa juga terlihat di Piala Dunia 2018. Kesamaan lainnya, La Roja membuat lebh dari seribu operan tapi minim peluang.
Dengan pemain-pemain yang dipersiapkan untuk dua laga di Grup A kualifikasi Euro 2024, De la Fuente tampak menginginkan gol, tidak cuma berkutat dengan ide unggul di penguasaan bola. Untuk itu, ia memanggil tiga pencetak gol terbaik Spanyol di La Liga.
Iago Aspas (Celta), Joselu Mato (Espanyol), dan Borja Iglesias (Betis) masuk tim. Mereka masing-masing mencetak 12 gol buat klub. Alvaro Morata, satu-satunya striker murni Spanyol di Qatar 2022, juga dipanggil setelah mengukir 10 gol buat Atletico.
Secara keseluruhan, De la Fuente terlihat menginginkan Spanyol bisa mencari beragam cara untuk menang atas lawan yang enggak ragu parkir bus. Menurut Aspas, yang tidak dibawa Enrique ke Qatar, La Roja akan berbeda.
“Bagi saya, Luis Enrique memiliki cara bermain yang sudah sangat terbentuk. Menurut saya, kami tidak memiliki rencana cadangan atau varian lain,” tutur Iago Aspas seperti dikutip AP News.
Pemanggilan tiga pemain Spanyol paling produktif di liga akan membuat beban pencetakan gol terarah ke lini depan. “Kalau kami tidak bisa mencetak gol, kesalahan bukan pada pelatih. Dengan Joselu, Borja, dan saya, kami memiliki pemain-pemain yang bisa menghasilkan berbagai cara berbeda dan tidak terlalu terikat dengan satu cara bermain seperti sebelumnya,” lanjut Aspas.
Pemanggilan empat penyerang itu juga mengisyaratkan perombakan yang tidak sekadar meremajakan tim. Aspas sudah berusia 35 tahun. Tiga penyerang lain juga sudah berkepala tiga.
Beberapa pemain juga mendapatkan kesempatan lagi. Bek Madrid, Nacho Fernandez, kembali sejak 2018. Kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga, absen sejak 2020. Warna baru juga tersedia di La Roja. Selain Joselu di depan, calon debutan lainnya adalah bek tengah Osasuna, David Garcia.
Hanya, para fan tidak bisa berharap La Roja akan begitu saja mengesampingkan penguasaan bola. De la Fuente telah menyatakan bahwa dirinya adalah “penjaga gaya bermain Spanyol”. Namun, setidaknya Spanyol akan lebih efisien.
Ujian terdekat buat De la Fuente akan ada pada dua laga kualifikasi Euro 2024 Grup A. Yang pertama adalah menjamu Norwegia di Malaga pada Sabtu (25/3). Tiga hari kemudian, La Roja akan bertandang ke Skotlandia.
Sebelum duel pembuka, La Furia Roja sudah dinaungi keberuntungan tersendiri. Bomber Norwegia yang bersinar Manchester City, Erling Haaland, dipastikan absen di La Rosaleda karena cedera pangkal paha.
Norwegia masih mempunyai gelandang yang sedang bersinar bersama Arsenal, Martin Odegaard. Pasukan besutan Stale Solbakken ini juga akan diperkuat Alexander Sorloth yang telah membukukan 13 gol buat Real Sociedad musim ini.
Mari nantikan Spanyol yang berbeda daripada sebelumnya. Atau, sama saja?