Italia tengah bergembira menyusul kepastian mereka lolos ke putaran final Piala Eropa 2022. Tiket itu diraih usai menahan imbang Ukraina 0-0, Selasa (21/11).
Italia memang hanya butuh satu poin untuk memastikan keikutsertaan mereka di Jerman 2004. Fakta itu sempat menghadirkan pandangan negatif bahwa Federico Chisea dkk. bakal sekedar main aman kala menghadapi Ukraina.
Apalagi, status juara bertahan Piala Eropa 2020 yang diikuti mimpi buruk kegagalan lolos Piala Dunia 2022 dipandang sebagai beban tersendiri.
Pelatih Italia, Luciano Spalletti, juga tak menampik bahwa Ukraina memberikan perlawan berarti. Kubu Azzurri pada akhirnya wajib mensyukuri skor kaca mata yang lahir di tempat netral, BayArena, Jerman, lantaran kondisi Ukraina sebagai tuan rumah dipandang belum kondusif.
Usai laga, para personil Azzurri pun ramai-ramai memberikan komentar terkait kelolosan mereka ke Jerman 2024. Sebagian mensyukuri perjuangan berat mereka yang akhirnya berbuah manis, sebagian meyakini bahwa Italia memang sudah sepantasnya lolos.
- Federico Chiesa: Soal tampil habis-habisan sampai ikut membantu pertahanan
Selain menjadi menjadi di tumpuan di lini serang, Chiesa juga rajin ikut membantu pertahanan. Ia bahkan beberapa kali tampak mengejar Mykhailo Mudryk kala winger Chelsea itu berupaya menembus pertahanan Azzurri.
“Saya sangat lelah karena saya memberikan segalanya di laga tadi. Banyak yang mengira kami bakal terpeleset. Namun, kami akhirnya tetap lolos ke Euro dan saya sangat, sangat senang,”
“Lini pertahanan kami sedang kurang solid ketika saya melihat Mudryk melakukan sprint ke daerah pertahanan kami. Saat itu, saya berfikir bahwa kami tak boleh kebobolan, jadi saya berupaya mengejarnya. Saya tahú ia pemain cepat, tapi saya juga cepat,”
- Davide Frattesi: Soal peluangnya yang gagal menjadi gol
Italia lolos karena menang head-to-head usai menaklukkan Ukraina 2-1 di San Siro pada pertemuan pertama. Kedua gol Azzurri kala itu dicetak Davide Frattesi.
Sedangkan di BayArena, Italia gagal mengoptimalkan beberapa peluang di babak pertama dan salah satunya lewat Frattesi. Gelandang Inter itu sempat mendapat peluang satu-lawan-satu kontra kiper Ukraina, Anatoliy Turbin.
“Saya sempat berfikir untuk mencungkil bola. Namun kemudian, saya teringat saat kami (Inter) menghadapi Benfica (tim yang dibela Turbin), ia kerap keluar dari sarangnya sambil melebarkan kaki kala menghalau peluang jarak dekat,”
“Itulah mengapa saya putuskan untuk coba “mengolongi”-nya. Sayang, sudut bola tembakan saya kurang tepat,
“Kamı menyadari bahwa jika tak lebih dulu mencetak gol di 60 menit awal, maka laga akan bertambah ketat. Ukraina mengedepankan permainan fisik dan kami sempat berada di bawah tekanan. Yang terpentin, kami sudah berhasil lolos,”
- Nicolo Zaniolo: Soal sudah selayaknya Italia lolos sebagai kandidat juara
“Kami menyadari laga ini bakal berat. Jadi, kami tampil habis-habisan dengan motivasi yang tepat karena Italia harus lolos ke Euro sebagai kandidat juara, bukan sekedar tim yang meramaikan saja. Kami ini tim juara bertahan,”
“Pelatih sudah mengingatkan kami bahwa laga ini akan berbeda dengan ketika kami mengalahkan Ukraina di San Siro. Benar saja, hanya sedikit ruang untuk memainkan bola. Namun, kami tetap tampil kompak dan memberikan perlawanan sehingga kami benar-benar layak untuk lolos ke Jerman 2024.
- Gianluigi Donnarumma: Soal dukungan tifosi
Berhubung Italia hanya butuh imbang, sedangkan Ukraina wajib menang demi lolos ke Euro 2024, permainan di menit-menit akhir laga lebih dikuasai Ukraina.
Donnarumma bersyukur bahwa di momen-momen krusial tersebut, para tifosi tétap memberikan dukungan ekstra yang menambah semangat juang para pemain Azzurri untuk tidak kebobolan.
“Kami sangat bangga dan berterima kasih kepada para pendukung. Dari tribun, mereka memberikan dukungan moril yang luar biasa, khususnya agar kami terus bertahan di menit-menit akhir,”
“Mereka (para tifosi) mungkin tak menyadari betapa besar peran dukungan mereka tersebut kepada kami di lapangan. Sekarang, waktunya untuk merayakan bersama mereka,”